kalimantantourism
Masjid Raya Darussalam
Sejarah Masjid Raya Samarinda
Arsitektural Masjid Raya Darussalam –
Samarinda
Aktivitas Masjid Raya Darussalam –
Samarinda
http://simbi.bimasislam.com/simas/index.php/home/
http://bujangmasjid.blogspot.com/2012/01/masjid-raya-darussalam-samarinda-kaltim.html
Salam
KalimantanTourism
Masjid Raya Darussalam
Berdiri megah di tepian sungai Mahakam,
Masjid Raya Darussalam menghadirkan nuansa Turki Usmani di pusat kota Samarinda ibukota propinsi Kalimantan Timur.
Masjid bergaya Turki Usmani (Otoman) dapat
dengan mudah dikenali dari bentuk menara nya yang dibuat seramping dan setinggi
mungkin. Menara dalam bentuk ini memang memberikan kesan yang jauh berbeda bila
dibandingkan dengan masjid bergaya Arabi seperti pada Masjid Islamic Center Samarinda
yang juga berlokasi ditepian sungai Mahakam dan terpaut tak terlalu jauh jaraknya
dari masjid ini.
Masjid Raya Darrusalam adalah masjid terbesar
kedua di Samarinda dan di provinsi Kalimantan Timur
setelah Masjid Islamic Center Samarinda.
Masjid Raya Darussalam dari kejauhan-pun langsung dapat dikenali dengan empat
menara tinggginya yang dibangun di ke-empat penjuru bangunan utama masjid
ditambah dengan kubah besar warna hijau di atap tengah masjid dan di apit oleh
beberapa kubah berukuran kecil.
Lokasi Masjid Raya Darussalam – Samarinda
Masjid Raya Darussalam berada di di kelurahan
Pasar Pagi, Kecamatan Samarinda Ilir, kota Samarinda,
propinsi Kalimantan Timur. Kelurahan Pasar Pagi merupakan salah satu pusat
keramaian kota Samarinda. Pasar pagi yang menjadi nama kelurahan ini benar
benar bangunan pasar pagi yang letaknya hanya terpisah satu blok bangunan dari
Masjid Raya Samarinda.
Sejarah Masjid Raya Samarinda
Bangunan awal masjid Raya Darussalam dibangun
oleh para saudagar Bugis dan Banjar yang tinggal di Samarinda sekitar tahun
1925. Lokasinya saat itu berada di tepian sungai Mahakam diatas lahan berukuran
25 meter x 25 meter. Sejak dibangun pertama kali telah mengalami beberapa kali
perbaikan diantaranya tahun 1953 dan 1967 meski tanpa merubah ciri khasnya.
Sejak pertama kali dibangun masjid ini sebagai masjid Jami’ (masjid yang
dipakai untuk sholat Jum’at selain sholat lima waktu lainnya).
Seiring dengan kemajuan Kota Samarinda yang semakin
pesat dibutuhkan bangunan masjid yang lebih besar dengan lahan yang lebih luas,
maka lokasi masjidpun bergeser ke Jalan Yos Sudarso dengan lahan seluas sekitar
15 ribu meter persegi. Bangunan masjid yang kini berdiri adalah hasil
pembangunan tahun 1990-an, diresmikan penggunaannya oleh Dr. H. Tarmizi Taher -
Menteri Agama RI, pada tanggal 21 Rabi'ul Akhir 1418H bertepatan dengan tanggal
25 Agustus 1997M. Masjid berkonstruksi beton ini berlantai tiga dan
dapar menampung sekitar 14.000 jemaah. Di lingkungan masjid ini
dilengkapi taman, kolam dan perpustakaan.
Di bulan September tahun 2010 sempat ada
wacana untuk mengubah Masjid Raya Darussalam menjadi Masjid Agung. Wacana
tersebut dikemukakan Kanwil Kemenag Kaltim, dasarnya adalah Keputusan Menteri
Agama (KMA) Nomor 394 tahun 2004 tentang penetapan status masjid wilayah. Di
sana disebutkan, di satu propinsi, harus ada masjid yang disebut masjid raya.
Sementara tingkat kabupaten/kota bernama masjid agung.
Wacana tersebut langsung mendapat penolakan
dari Wali Kota Samarinda Achmad Amins, penolakan dari walikota ini di dukung
oleh tokoh masyarakat Samarinda termasuk dari Dewan Masjid Indonesia (DMI)
sebagaimana disampaikan oleh sekretaris DMI Samarinda, HM Yusuf Mugenie.
Penolakan tersebut didasarkan pada alasan sejarah dan demi menghormati para
pendiri masjid Raya Darussalam, ditambah lagi fakta bahwa nama Masjid Raya
sudah melekat di hati masyarakat Samarinda dan Kaltim.
Turki Usmani atau dalam lidah
orang Eropa yang tak pandai menyebut Usmani berubah menjadi Otoman, mewariskan seni
bina bangunan masjid dengan gayanya sendiri ditandai dengan beberapa ciri utama
diantaranya adalah bentuk menara seperti yang sudah sedikit disinggung di awal,
menara masjid bergaya Usmani ditandai dengan bentuk bundar, ramping, tinggi
menjulang dengan puncak menara yang meruncing dan tak pernah absen lambang
bulan sabit di ujung tertinggi menara.
Di Masjid Raya Darussalam Samarinda empat
menara masjid diletakkan di empat penjuru bangunan utama masjid. Warna putih
mendominasi bangunan menara. Sedikit keunikan pada kubah utama Masjid Raya
Darussalam ini, kubah utama berukuran besar itu diapit oleh delapan kubah
berukuran lebih kecil yang menempel pada kubah utama. Empat kubah lebih kecil
juga menghias ke empat penjuru atap masjid ini. Ornamen khas Kalimantan
menghias sisi luar masing masing kubah memberi keistimewaan tersendiri bagi
masjid ini.
Masjid Raya Samarinda dilengkapi dengan
Beranda dengan bukaan besar berlengkung, sana seperti beranda keseluruhan
jendela masjid ini juga dilengkapi dengan ornamen lengkungan. Masuk ke dalam
masjid, akan dijumpai ruang sholat yang lega tanpa tiang tiang penyanggah
struktur atap di tengah masjid. Ruang sholat Masjid Raya Samarinda dilengkapi
dengan lantai mezanin. Secara keseluruhan Masjid Raya Samarinda mampu menampung
jemaah hingga empat belas ribu jemaah sekaligus.
Warna hijau mendominasi warna karpet sejadah
di ruang sholat, warna yang senada dengan warna plafon (langit langit) masjid.
Seperti kebanyakan masjid masjid lainnya, dinding sisi mihrab masjid Raya
Darussalam Samarinda juga dilapis dengan bahan bewarna lebih gelap dibandingkan
sisi dinding yang lain. Dan tak ketinggalan juga lampu lampu gantung di pasang
dilangit langit masjid turut memperindah masjid ini.
Walaupun Masjid Islamic Center Samarinda
telah rampung dibangun, tetapi masyarakat samarinda masih tetap menyukai
beribadah di Masjid Raya. Karena dari segi letak masih dekat dengan lingkungan
pemukiman. Masjid ini pun pernah mengukir sejarah. Pada bulan Ramadhan 2006,
Presiden SBY bersama Ibu Ani Yudhoyono pernah singgah ke ke Masjid Raya
Darussalam untuk melaksanakan sholat Tarawih berjamaah bersama masyarakat
Kaltim dipimpin imam K.H.Ramly.
Di dua hari raya Masjid Raya Darussalam ini
dipadari ribuan jamaah dari berbagai penjuru kota Samarinda seperti yang
terjadi pada sholat hari raya idulfitri pada Rabu 31 Agustus 2011 lalu. Pada
kesempatan tersebut turut hadir Walikota Samarinda Syaharie Jaang dan Wakil Walikota
Nusyirwan Ismail serta para ulama dan tokoh masyarakat diantara ribuan jemaah
lainnya.
http://bujangmasjid.blogspot.com/2012/01/masjid-raya-darussalam-samarinda-kaltim.html
Salam
KalimantanTourism
0 komentar:
Posting Komentar